Sekolah Menengah Pertama (SMP) adalah fase penting di mana siswa mulai Mengembangkan Ilmu Pengetahuan tidak hanya secara teoritis, tetapi juga melalui aplikasi nyata dalam kehidupan sehari-hari. Pendekatan ini membuat pembelajaran lebih relevan, menarik, dan mudah dipahami, sekaligus menumbuhkan keterampilan pemecahan masalah. Melalui pengalaman langsung, siswa akan lebih mendalam dalam Mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan melihat relevansinya. Sebuah survei oleh Asosiasi Guru Sains Indonesia pada 22 Juli 2025 menunjukkan bahwa siswa SMP yang terlibat dalam proyek aplikasi nyata menunjukkan peningkatan pemahaman konsep hingga 40%.
Proses Penyusunan Rencana Kontingensi dimulai dengan penilaian risiko yang mendalam dan multi-aspek. PMI mengidentifikasi jenis bencana yang paling mungkin terjadi di suatu wilayah berdasarkan data historis dan prediksi ilmiah, menganalisis skenario terburuk yang mungkin timbul, dan memperkirakan kebutuhan sumber daya yang diperlukan secara detail. Ini melibatkan kolaborasi erat dengan berbagai pihak, termasuk Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), lembaga meteorologi seperti BMKG, pakar geologi, serta perwakilan komunitas lokal yang memahami kondisi lapangan. Misalnya, untuk wilayah pesisir yang rawan, rencana kontingensi akan mencakup skenario tsunami atau rob, dengan penekanan pada jalur evakuasi vertikal dan horizontal. Sementara untuk daerah pegunungan, fokusnya pada gempa dan tanah longsor, termasuk penentuan area rawan dan posko pengungsian yang aman.
Setelah potensi risiko diidentifikasi dengan jelas, Penyusunan Rencana Kontingensi merinci langkah-langkah operasional yang harus diambil secara spesifik. Ini mencakup penetapan jalur komando yang jelas dari pusat hingga tingkat lapangan, alokasi peran dan tanggung jawab yang spesifik untuk setiap tim dan individu, penentuan lokasi posko darurat dan dapur umum, rute distribusi logistik yang aman dan cepat, hingga sistem komunikasi cadangan yang dapat beroperasi meskipun infrastruktur utama lumpuh. Rencana ini juga mencantumkan daftar inventarisasi sumber daya secara detail seperti jumlah relawan terlatih, ketersediaan tenda darurat, jenis dan jumlah makanan siap saji, stok obat-obatan esensial, serta alat berat yang dapat dimobilisasi. Semua ini dirancang untuk memastikan bahwa setiap elemen respons dapat bergerak harmonis dan efisien saat bencana terjadi.
PMI secara rutin melakukan simulasi dan pembaruan terhadap Penyusunan Rencana Kontingensi ini untuk memastikan relevansi dan efektivitasnya dalam menghadapi kondisi nyata. Perubahan kondisi geografis, data bencana terbaru, atau ketersediaan teknologi baru selalu dipertimbangkan dalam setiap pembaruan rencana. Pertemuan evaluasi dan pembaruan rencana dilakukan setiap triwulan, melibatkan koordinator lapangan dan perwakilan dari berbagai departemen PMI. Dengan komitmen pada Penyusunan Rencana Kontingensi yang matang, PMI tidak hanya siap menghadapi bencana, tetapi juga mampu bertindak secara proaktif, terkoordinasi, dan adaptif, demi keselamatan dan kesejahteraan masyarakat Indonesia.