Biuku, atau yang lebih dikenal dengan nama Penyu Belimbing (Dermochelys coriacea), adalah spesies penyu laut terbesar di dunia dan satu-satunya anggota yang masih hidup dari famili Dermochelyidae. Dikenal dengan tempurungnya yang lunak menyerupai kulit dan pola totol-totol putihnya, Biuku memainkan peran penting dalam ekosistem laut global. Mengingat populasinya yang terus menurun drastis, Biuku termasuk dalam daftar hewan laut dilindungi di berbagai perairan dunia. Upaya konservasi internasional yang mendesak dan terkoordinasi sangat diperlukan untuk menyelamatkan raksasa lembut samudra ini dari kepunahan.
Menurut data dari International Union for Conservation of Nature (IUCN) yang diperbarui pada tanggal 1 Mei 2025, status konservasi Penyu Belimbing secara global adalah Rentan (Vulnerable) hingga Kritis (Critically Endangered) untuk beberapa subpopulasi di Samudra Pasifik. Penetapan sebagai hewan laut dilindungi oleh berbagai negara dan di bawah konvensi internasional seperti CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora) menunjukkan tingkat keprihatinan global terhadap kelangsungan hidup spesies ini.
Berbagai ancaman terus membayangi kelangsungan hidup hewan laut dilindungi yang langka ini. Tingginya tingkat kematian akibat terjerat jaring dan alat tangkap ikan, terutama jaring insang dan pukat harimau, menjadi ancaman utama. Selain itu, hilangnya habitat pantai tempat bertelur akibat pembangunan pesisir dan erosi, perburuan telur untuk dikonsumsi, serta polusi plastik di laut yang seringkali mereka salah kira sebagai ubur-ubur (makanan utama mereka) juga berkontribusi signifikan terhadap penurunan populasi Biuku.
Upaya konservasi Biuku melibatkan berbagai strategi, termasuk perlindungan sarang di pantai melalui pemindahan ke tempat yang lebih aman dan penetasan buatan, program pelepasliaran tukik, serta regulasi perikanan yang lebih ketat dan penggunaan alat tangkap yang lebih selektif. Di Terengganu, Malaysia, yang merupakan salah satu tempat bertelur penting bagi Biuku di Asia Tenggara, petugas perikanan dan relawan secara aktif memantau pantai dan melindungi sarang dari ancaman predator dan abrasi. Pada hari Jumat, 2 Mei 2025, dilaporkan sejumlah tukik Biuku berhasil dilepasliarkan dari pusat konservasi di Rantau Abang.
Selain perlindungan langsung, upaya pengurangan ancaman juga menjadi fokus utama. Kampanye kesadaran untuk praktik perikanan yang lebih berkelanjutan, penggunaan Turtle Excluder Devices (TEDs) pada jaring, serta upaya global untuk mengurangi polusi plastik di laut menjadi bagian penting dari strategi konservasi hewan laut dilindungi ini. Organisasi konservasi laut di Amerika Serikat, misalnya, bekerja sama dengan industri perikanan untuk mengembangkan praktik penangkapan ikan yang lebih aman bagi penyu belimbing. Pada hari Sabtu, 3 Mei 2025, diadakan pelatihan tentang penggunaan TEDs bagi para nelayan di wilayah pesisir Atlantik.
Keberhasilan konservasi Biuku sebagai salah satu satwa langka hewan laut dilindungi ini membutuhkan kerja sama global dan tindakan nyata dari berbagai pihak. Dengan mengurangi ancaman di laut dan di darat, melindungi habitat bertelur, serta meningkatkan kesadaran masyarakat, kita dapat memberikan harapan bagi kelangsungan hidup raksasa lembut samudra ini di lautan dunia untuk generasi mendatang.